Halo, perkenalkan nama saya Jessica Iskandar dari SMP Kristen Petra 3, kelas VIII-9. Kali ini saya akan sharing tentang perjalanan seni yang pernah saya ikuti. Satu tahun lalu, pada tanggal 13 Oktober 2020, Dinas Pendidikan (Dispedik) Kota Surabaya mengadakan audisi bagi siswa-siswi untuk mengikuti pelatihan seni Lukis. Diantara banyaknya siswa-siswi yang mengikuti audisi, hanya segelintir orang saja yang terpilih. Siswa-siswi yang mengikuti audisi diwajibkan untuk melukis sosok Bu Risma. Media dan alat warna yang digunakan bebas serta dikumpulkan di link yang sudah diberikan oleh pihak Dispendik dengan jangka waktu yang sudah ditentukan.
Audisi tersebut bukanlah cara satu-satunya untuk mengikuti pelatihan. Mengingat saya sendiri tidak mengikuti audisi tersebut dan secara otomatis mengikuti pelatihan Dispendik dikarenakan pada saat saya masih di bangku SD, saya pernah memenangkan juara dua Seleksi Pekan Seni Pelajar Jenjang SD/MI tingkat Kota Surabaya Tahun 2019 bidang Seni Lukis pada tanggal 12 Februari 2019. Beberapa saat setelah audisi selesai, siswa-siswi yang terpilih diminta untuk hadir di Dispendik Surabaya untuk pertemuan pertama kalinya. Tentu saja karena ini hal yang baru bagi saya, selain sangat senang, saya juga tegang. Ada 3 guru yang mengajari kami, untuk pertemuan pertama dan kedua, kami hanya diajarkan secara teori dan belum praktek. Kami juga ditunjukkan mengenai kriteria dalam menggambar benda realis.
Pada pertemuan ketiga, kami diharuskan membawa kertas A3 dan juga alat menggambar seperti pensil dan penghapus. Pertemuan ketiga dilaksanakan di ruangan yang besar. Di ruangan tersebut, para guru sudah menyiapkan dua buah apel yang sudah disusun dan diletakkan di piring. Siswa-siswi yang terpilih pada saat itu berjumlah sekitar 35 orang dan setiap dari kami diminta untuk menggambar buah apel tersebut, tanpa bantuan dari guru. Waktu kami menggambar adalah dua jam. Pada saat itu, saya tegang sekali karena baru pertama kalinya saya menggambar benda secara realis. Waktu pun habis dan hasil karya kami dikumpulkan. Pada pertemuan selanjutnya, hasil karya kami yang lalu yaitu menggambar dua buah apel dikembalikan dengan tulisan mengenai kekurangan dan kelebihan gambar kami. Pada saat itu saya sadar bahwa menggambar dua apel adalah audisi yang diadakan secara diam-diam.
Semula ada sekitar 35 siswa lalu menjadi 27 siswa yang mengikuti pelatihan tersebut. Pertemuan berikutnya, yaitu pertemuan kami yang kelima kalinya, kami diminta untuk membawa kanvas beserta alat lukis seperti kuas,cat dan palet. Pada pertemuan latihan tersebut kami diajak praktek dan diajari langsung oleh para pelukis yang sudah lama terjun ke dalam dunia seni. Kami diajarkan untuk melukis dan menggambar. Tak terasa sudah banyak pertemuan yang diadakan dan kami sudah menghasilkan enam karya yang telah kami buat selama pelatihan di Dispendik. Berkat bimbingan para pelukis yang profesional, kami pun menghasilkan berbagai karya lukisan diantaranya ada lukisan buah-buahan, lukisan portrait orangtua, lukisan benda seperti pipa, besi berkarat dan kayu, lukisan bulu, dan banyak lagi. Kami dibebaskan untuk bertanya jika ada yang tidak bisa.
Kemudian pada suatu pertemuan, kami diberitahu bahwa akan diadakan melukis on the spot di Balai Pemuda, dan kami harus berpartisipasi dalam acara tersebut. Masing-masing dari kami diwajibkan melukis pahlawan. Saya melukis Pak Soekarno pada saat itu. Tentu saja sebelum Hari-H, kami sudah membuat sketch wajah di kanvas terlebih dahulu. Jadi pada tanggal 2 Mei 2021 di Balai Pemuda, kami langsung mulai melukis. Saya sempat merasa tegang sekali karena banyak orang yang hadir untuk melihat kami melukis termasuk wartawan. Acara terebut adalah kali pertama saya datang ke Balai Pemuda untuk melukis on the spot.
Beberapa saat setelah itu, Pelatihan Dispendik Surabaya dihentikan untuk beberapa bulan dikarenakan kasus Covis-19 yang meningkat. Lalu pada saat saya naik ke kelas VIII, suatu hari saya di contact langsung oleh Pihak Dispendik untuk mengikuti pelatihan melukis lagi. Pelatihan melukis kali ini diadakan untuk mempersiapkan Gala Dinner di Balai Pemuda.Hanya 10 orang saja yang terpilih untuk mengikuti melukis on the spot kali ini. Saya bersyukur sekali karena berkesempatan untuk mengikuti melukis on the spot di Balai Pemuda untuk kedua kalinya.
Pada saat pelatihan, kami diminta untuk melukis mengenai guru yang kami sayangi atau guru yang merupakan pahlawan bagi kami. Tema kali ini berhubungan dengan Hari Guru Nasional. Dengan bimbingan para pelukis, saya dapat membuat karya yang terbaik. Pada hari Selasa, 30 November 2021 kami tiba di Balai Pemuda dua jam lebih awal untuk mempersiapkan lukisan. Saya berada di sana selama lima jam, dari jam empat sore sampai dengan jam sembilan malam. Tentunya saya tidak sendiri, saya ditemani oleh teman-teman sesama pelukis. Saya juga sempat diwawancarai dan bertemu dengan banyak orang. Pak Eri Cahyadi, Walikota Surabaya juga hadir. Puji Tuhan acaranya berlangsung dengan lancar dan saya bersenang-senang di sana. Tentu saja itu semua adalah pengalaman yang berharga dan tidak tergantikan.
Jessica Iskandar/Kelas 8-9/16